Bercerita kepada Orang yang Salah

Hingga bertanya-tanya, “Siapa lagi yang harus dipercaya?”

Razan Tata
2 min readJun 19, 2024

“Kalau ada apa-apa cerita sama aku ya.”

Seperti pisau bermata dua. Kamu bisa menemukan seseorang yang kamu cari, atau itu hanya jebakan untuk terluka dan ditelanjangi.

Bercerita ibarat meruntuhkan tembok tinggi yang kamu bangun bertahun-tahun. Tembok penghalang untuk menutup kelemahan. Tempat kamu menyelimuti luka dengan tawa atau membuat tertawa.

Lalu, kamu bertemu seseorang.

Waktu menjadi saksi harimu kali ini memiliki warna. Seringkali bertukar cerita, tetapi tidak semua kamu ceritakan. Pintu kecil di bawah tembok tinggi itu masih tertutup rapat. Hingga kalimat itu muncul darinya, “Kalau ada apa-apa cerita sama aku ya.”

Gamang. Galau. Sekali saja kamu memberitahu tahu ada apa di balik tembok, tidak ada jalan memutar balik.

“Jangan disimpan sendiri. Kan, ada aku.”

Senyum dan suara lembutnya membuatmu yakin.

Tembok itu pun runtuh. Dia bisa melihatmu apa adanya. Bukan hanya tawa, tetapi juga luka yang kamu sembunyikan. Bukan hanya sosok tenang dan berwibawa, tetapi juga rupa rapuhmu sebelum tidur.

Lega menjalari dada. Ternyata benar. Bercerita memang senyaman itu.

Sebelum tahu, kamu bercerita kepada orang yang salah.

Setiap emosi punya waktunya. Hari ini sedih, besok belum tentu. Begitu pula sebaliknya. Hari ini penuh warna, besok bisa jadi kembali hitam putih. Hari ini tertawa dalam pelukan, tahun depan bisa jadi dihujani pertengkaran.

Hari ini kamu mengungkapkan sosokmu yang lemah. Berikutnya, kelemahanmu dijadikannya senjata untuk menyerang.

Kamu terduduk sendirian. Memunguti puing reruntuhan tembok. Rata sudah. Tak ada lagi tempat merasa aman. Dia sudah tahu irisan kepalamu. Dia sudah tahu leluconmu hanyalah tameng. Dia sudah tahu kekurangan yang kamu balut dengan wewangian.

Telanjang.

Kamu hanya ingin duduk. Kaki tak lagi sanggup berdiri. Namun, hidup terus berjalan. Lewat sisa tenaga, kamu coba membangun ulang. Kali ini lebih tinggi dan kokoh. Begitu selesai, kamu mendongak sembari mengelap peluh keringat. Batinmu bertanya-tanya … siapa lagi yang bisa meruntuhkannya?

Atau tidak ada lagi yang mampu?

--

--

Razan Tata
Razan Tata

Written by Razan Tata

Seorang Content Writer dari Pontianak | Instagram: @razan_tata

No responses yet