Es Kopi Susu dalam Cerita

Razan Tata
3 min readJul 22, 2019

--

unsplash.com

Selain telur gulung yang menjamur, ada satu lagi yang sering terlihat di mana-mana: es kopi susu. Kedengarannya memang aneh. Bukankah kopi susu bukan barang baru lagi? Bapak-bapak hingga remaja lumrah meminumnya di warung kopi. Namun, ini bukanlah kopi susu sembarangan. Bisa dibilang kopi susu di level yang berbeda. Mulai dari biji kopi hingga susu yang digunakan, termasuk proses pembuatannya.

Harganya pun tentu saja tidak bisa disamakan dengan kopi yang biasa dipesan di warung kopi tepi jalan. Bisa tiga kali lipat lebih mahal. Jika tidak dibedakan, gerai-gerai es kopi susu itu bisa bangkrut dalam hitungan hari.

Soal rasa memang nikmat. Saya menyukai es kopi susu dari salah satu waralaba ternama. Kopinya nendang dengan sopan, berbalut dalam manisnya susu bersama gula aren. Namun, saya menyadari tidak bisa menikmatinya setiap hari. Dompet bisa terkuras begitu saja hanya untuk es kopi susu. Anggap saja satu gelasnya seharga Rp20.000. Maka dalam sebulan, Rp600.000 sudah melarikan diri dari simpanan. Jika dipikir-pikir, uang sebegitu banyak bisa digunakan untuk hal yang lebih baik. Semisal disumbangkan kepada yang membutuhkan. Atau jika tidak semulia itu, Rp600.000 bisa digunakan untuk … membeli bahan-bahan es kopi susu yang cita rasanya tidak kalah dari gerai-gerai ternama. Bahkan sebenarnya tidak sampai Rp600.000. Saat saya membeli bahan-bahannya beberapa waktu lalu, hanya menghabiskan Rp100.000 saja untuk persediaan kurang lebih selama sebulan.

Berawal dari Twitter. Tempat di mana kamu bisa mendapatkan apa pun, mulai dari info kesehatan, utas gadis bercinta dengan seleb media sosial, hingga resep “Es Kopi Susu Ranume”. Tatkala mencoba resep ini pertama kali, saya cukup terkejut dengan hasil akhirnya. Rasanya … menakjubkan.

Selang sekian waktu saya sedikit melupakan resep ini. Sudah jarang membuat. Namun, dengan kian maraknya es kopi susu belakangan ini, saya tergoda untuk mencoba kembali. Lekas kaki beranjak menuju supermarket terdekat mencari bahan-bahan yang dibutuhkan, mulai dari Nescafe Classic, krimer, hingga susu bubuk. Sedikit modifikasi dari bahan-bahan di resep aslinya.

Ada cerita menarik tatkala tiba di depan rak susu bubuk. Saya tercenung. Betapa harga susu terbilang mahal, terutama susu anak-anak. Dalam tangan memeluk Nescafe Classic dan krimer serta lalu-lalang pengunjung lain, saya bertekad untuk meningkatkan kerja keras agar ketika memiliki anak nanti, harga susu ini tidak menjadi beban pikiran.

Cukup absurd memang.

Saya melanjutkan langkah menuju kasir. Sebelum meletakkan semua belanjaan, tangan meraih beberapa es krim untuk camilan di rumah. Ini ajaibnya supermarket, niatnya beli apa, pulangnya selalu kelebihan membawa apa. Nanti baru kaget uang lari ke mana. Kok suka raib begitu saja.

Sesampainya di rumah, layaknya seorang barista, saya mulai mempersiapkan es kopi susu yang akan dibuat. Sesendok Nescafe Classic dan dua sendok krimer menjadi pembuka yang diseduh dengan sedikit air panas. Cukup tiga sendok air untuk sekadar melarutkan. Ceritanya ini akan menjadi espresso ala-ala. Susu panas pun dituangkan ke atasnya. Warnanya begitu meyakinkan. Mirip dengan es kopi susu kekinian. Soal rasa … belum saya coba. Terlebih dahulu saya memasukkan 1,5 sendok palm sugar atau gula aren bubuk. Beberapa es batu disusul kemudian ke dalam gelas.

Es kopi susu pun telah siap dinikmati.

Bibir meneguk untuk kali pertama. Kepala memerintahkan lidah untuk meningkatkan kerja. Setiap sisinya merasai segala rasa. Kemudian, seulas senyum tersimpul. Tak perlu waktu lama, saya kembali meneguk untuk kali kedua, ketiga, hingga habis tak bersisa.

Awalnya saya hendak menulis resep es kopi susu di unggahan ini. Namun, merasa terlalu membosankan, tulisan ini menyebar ke mana-mana. Jika kamu membutuhkan resepnya lebih lengkap, kamu bisa mencarinya di Twitter. Ketik saja “Es Kopi Susu Ranume” di kolom pencarian.

Saya harap kamu bisa segera menemukannya.

--

--

Razan Tata
Razan Tata

Written by Razan Tata

Seorang Content Writer dari Pontianak | Instagram: @razan_tata

Responses (1)