Gara-Gara The Queen’s Gambit dan Dewa Kipas, Saya Kembali Terpikat dengan Permainan Catur

Ternyata Catur Semenarik Itu!

Razan Tata
4 min readMar 13, 2021
Photo by Jent Jiang on Unsplash

Sudah lama sekali saya tak bermain catur. Ingatan terakhir memainkannya sewaktu SMP bersama ayah. Sehabis itu lenyap. Tak pernah lagi tahu-menahu.

Sampai sebulan yang lalu. Ketertarikan itu mendadak muncul. Apa penyebabnya? Saya rasa kamu dapat menebaknya. Ya, apalagi kalau bukan karena The Queen’s Gambit. Jika kamu belum menonton, ini merupakan mini series dari Netflix. Di dalamnya catur menjadi komponen penggerak cerita. Selayaknya serial yang bagus, apa pun yang terdapat di dalamnya akan menjadi menarik.

Termasuk catur.

Sehabis menonton episode terakhir, saya tak kuasa menahan diri untuk mencari tahu lebih lanjut perihal permainan ini. Mulai dari melihat kejuaraan catur di YouTube, analisis permainan Beth Harmon hingga akhirnya mengunduh permainan catur online paling populer, chess.com.

Saya kian terpikat.

Dibandingkan dulu, kini catur terasa lebih legit. Lantaran menyadari ternyata banyak sekali strategi yang ada. Saya kira catur hanya sekadar pion bergerak ke depan atau kuda melangkah berbentuk huruf L. Namun, ternyata lebih dari itu.

Belum cukup sampai di situ. Sehabis menonton The Queen’s Gambit dan mulai kembali bermain catur, mencuat sebuah drama yang sedang panas-panasnya: kontroversi pertandingan catur daring antara Dewa Kipas dan GothamChess.

Terkadang saya takjub bagaimana alam bekerja. Semua ini terjadi dalam waktu berdekatan. Seolah dunia berputar dengan saya menjadi porosnya. Wadidaw siapa saya.

Photo by Elia Pellegrini on Unsplash

Nyaris setiap malam, sehabis mencuci muka dan menggosok gigi, saya membuka aplikasi chess.com. Sembari berbaring di kasur, mengulik berbagai strategi dalam permainan catur. Mulai dari opening, strategi endgame, atau juga variasi gerakan ketika lawan melakukan serangan ini dan itu.

Saya memang begitu. Ketika tertarik akan sesuatu, tak sungkan meluangkan waktu untuk mencari tahu. Sedalam mungkin.

Ini yang terjadi ketika saya menyukai film. Berbagai hal mengenai film saya gali, seperti film yang bagus itu seperti apa, bagaimana cara menikmati film arthouse hingga mencoba nonton film hitam putih zaman dahulu.

Begitu pula ketika muncul ketertarikan pada dunia tulisan. Saya pun mendalami cara menulis yang baik, mencari tahu bagaimana struktur kalimat yang enak dibaca, termasuk apa-apa saja yang membuat pembaca mau membaca tulisan hingga akhir.

Sama ketika rasa penasaran ini muncul kepada kopi, desain, fotografi. Tak terkecuali catur.

Photo by Reuben Kim on Unsplash

Mungkin orang-orang mengernyitkan dahi,

“Ngapain sih belajar ini dan itu? Memang ada duitnya?”

Tersenyum, cukup memaklumi. Sekarang ini rasa-rasanya ketika ingin melakukan sesuatu, alasan materi harus menjadi latar belakang utama. Jika tidak akan terasa aneh.

Namun, saya menyelaminya karena alasan sederhana: saya suka. Menurutku, melakukan atau mendalami hal yang disuka adalah kemewahan yang dimiliki manusia. Sungguh rugi rasanya membatasi diri. Kenapa? Pertama, karena tak ada salahnya. Kedua, sensasi sehabis mengetahui dan membuat sesuatu itu terasa enak. Alasan kedua ini yang bikin nagih, dan hanya terjadi ketika kamu menjelajahi apa-apa yang kamu suka.

Jika pun nantinya ada materi di sana, tentu itu menjadi bonus yang menyenangkan.

Photo by Austin Distel on Unsplash

Saya sedang membuka Twitter ketika nama Dewa Kipas menjadi trending. Sebuah nama yang membuat catur diketahui lebih luas. Selama bermain media sosial, rasa-rasanya tak pernah sekalipun catur muncul ke permukaan, terlebih mencuri perhatian. Kalaupun ada, paling hanya diketahui oleh pelaku atau penggemar catur.

Kekuatan jari netizen Indonesia memang ajaib. Dari Bus Telolet sampai catur online bisa menyerbak di mana-mana. Terlebih jika bercampur geram dan amarah, siapa pun tak akan kuat menahan. Termasuk GothamChess.

Netizen Indonesia memang tak mengenal ampun. Dari pemain bola sampai pemain catur, kalau menyenggol warga dan tanah Indonesia, setiap ketikan di jari berasa peluru senapan yang menembak tanpa henti.

Terlepas dari itu, sepertinya ini bisa menjadi cara menarik untuk mempromosikan sesuatu. Tambahkan bumbu “sensasional” di setiap promosi, maka dalam sekejap akan tersebar. Selayaknya yang terjadi pada odading, tahu bulat hingga sepatu Compass. Namun, tak sembarang sensasional, harus layak menjadi headline, sehingga orang-orang tak tahan untuk tidak menyebarkannya.

Viral!

http://www.impawards.com/tv/queens_gambit_ver7_xlg.html

Salah satu yang saya pelajari ketika bermain catur: lawan terbesar adalah diri sendiri. Tahu kapan harus menyerang, kapan harus bertahan, dan kapan harus menahan. Jika tidak, langkah yang diambil bisa menjadi bencana.

Bukankah manusia memang begitu? Berpikir untuk menaklukkan orang lain, tetapi lupa jika yang paling dekat saja tak bisa ditundukkan, bagaimana bisa menguasai manusia yang berbeda daripada dirinya.

Sangat filosofis.

Berawal dari serial di Netflix, lalu berujung bermain catur. Jika saja saya tak menemukan The Queen’s Gambit, bisa jadi saya tak pernah menyelami makna terdalam dari permainan ini.

--

--

Razan Tata
Razan Tata

Written by Razan Tata

Seorang Content Writer dari Pontianak | Instagram: @razan_tata

No responses yet