perihal cinta, kita semua adalah pemula.
Sekolah tinggi-tinggi pun bisa bego jika soal urusan cinta.
Tak peduli jika umur sudah lewat dua puluh lima. Tak peduli gelar mentereng di belakang nama. Jika berhadapan dengan percintaan, segala logika bisa musnah seketika.
Seseorang bisa memaafkan kesalahan pasangannya berulang kali. Seseorang bisa bertahan di hubungan yang menyiksanya. Seseorang bisa curhat panjang lebar dengan sahabatnya, lalu besok mengunggah foto berdua pasangan dengan caption, “Tak ada satu pun bisikan iblis yang dapat memisahkan kita.”
Kita yang melihat bisa saja menganggapnya bodoh, “Umur udah 29 kayak anak SMA baru kenal cinta aja.”
Namun, banyak yang tidak tahu. Tak ada penanda umur kapan kita bersentuhan dengan percintaan. Teman kamu bisa saja berusia 20 dan punya 5 mantan. Namun, ada juga yang berusia 23 dan belum pernah melewati malam minggu dengan pasangan.
Siapa pun yang bersenggolan dengan percintaan pertama kali … ya, dia akan seperti anak SMA yang baru mengenal cinta.
perihal relationship, kita adalah pemula.
Mengenal cinta dan berada di relationship adalah dua hal yang berbeda. Bisa jadi kita menyukai seseorang di umur 17. Namun, pertama kali menjalin hubungan saat berusia 25. Seperti rasa cinta, relationship pun tidak mengenal umur. Kamu mungkin berpikir akan lebih bijak ketika merajut hubungan saat kepala dua atau tiga. Namun, seringkali realitanya tak begitu. Tak sedikit yang sama saja seperti anak SMA ketika pacaran pertama kali. Segala teori relationship luluh lantak saat kamu menjalaninya sendiri.
Sebelum menjalin hubungan:
Tak perlu setiap waktu berkirim pesan.
Saat menjalin hubungan:
Kamu uring-uringan saat dia tak membalas chat dalam 5 menit
Sebelum menjalin hubungan:
Kalau ada masalah seharusnya dikomunikasikan
Saat menjalin hubungan:
Penganut silent treatment paling andal
Sebelum menjalin hubungan:
Seharusnya pasangan itu bisa saling menerima kekurangan
Saat menjalin hubungan:
Kekurangannya selalu jadi sumber masalah
Menonton percintaan drama Korea dan mengalaminya langsung adalah dua hal berbeda.
Beneran.
perihal patah hati, kita adalah pemula.
Seorang vokalis band Pontianak pernah berujar sebelum bernyanyi, “Siapa yang pernah patah hati? Kalau belum, jangan sampai ya.”
Buat yang mengenal patah hati hanya lewat film atau novel, mungkin mengira rasanya sebatas sedih dan terluka. Namun, untuk yang pernah merasakannya, patah hati bisa membuat dunia terasa aneh. Ponsel hening dari ucapan selamat pagi. Dia yang suka menceritakan harinya kini tak ada lagi. Biasanya bersama sekarang perlu membiasakan untuk sendiri.
Patah hati juga tak mengenal usia. Jika baru mengetahuinya di kepala tiga, uring-uringannya bisa sama seperti anak SMA yang baru putus dari cinta pertamanya.
Itu kenapa kalimat ini tidak relevan: “Udah umur 30 masih aja patah hati kayak begitu.”
Sama seperti anak kecil yang terjatuh dari sepeda, sakitnya nyata.
Sama seperti siswa SMP yang mendapat nilai merah, kecewanya nyata.
Sama seperti pencari kerja yang ditolak berulang kali, capeknya nyata.
Apa pun yang dirasakan seseorang sejatinya valid.
Apa pun.
Termasuk cinta dan patah hati yang dialami.
Perihal cinta, kita semua adalah pemula. Dan itu sah-sah saja. Nikmati manisnya, belajar dari lukanya. Buat sebagian orang, ini perjalanan hidup yang akan mengubah banyak hal. Dari isi kepala sampai isi jalan yang akan kamu tempuh.