Wajah-Wajah yang (Berusaha) Bertahan
Wajah itu tampak sumringah. Tertawa bersama teman. Melempar lelucon sembari turut terpingkal. Namun, ketika pulang, saat menyentuh kamar, wajah ceria itu tak lagi di sana. Berganti dengan tatapan kosong. Bersama bibir yang tidak melengkung ke atas seperti beberapa jam lalu, melainkan datar layaknya sungai tanpa riak.
Dalam kepala yang kian berat, pemilik wajah itu berusaha tidur.
Buat kamu yang sudah berjuang, terima kasih sudah bertahan. Kamu adalah saya. Saya adalah kita. Yang ingin terbaik, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Tidak mudah, saya tahu. Seolah jalan hanyalah gelap. Menanti terang yang tak kunjung datang.
Lakukan apapun yang bisa membuat kakimu dikuatkan. Mendengarkan “Secukupnya”, membaca buku, olahraga, menonton film yang bisa membuatmu tertawa. Apa saja. Lakukan.
Sedih, tak apa. Capek, duduk dulu. Lihat ke belakang, kamu akan terkejut. Kamu sudah berjalan sejauh ini. Siapa sangka.
Saat tangis mereda, tatkala kepala sedikit ringan, mari kita coba lagi. Sekeras-kerasnya. Sehabis-habisnya.
Saya yakin kamu bisa. Tinggal sedikit lagi.